BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
TAUHIDUL AF’AL.
MENGESAKAN ALLAH TA’ALA PADA
PERBUATAN
Dalam pelajaran atau pengajian-pengajian kita
yang terdahul sudah kita jelaskan/kitasampaikan, titik tujuan pelajaran dan
ilmu tasawuf adalah menuju jalan kembali kepada Allahdan supaya liqo/ bertemu
Allah, maka jalan bagi salik/ penuntut haruslah dimulai dengan mempelajari dan mengamalkan
tauhidul af‟al, artinya : mengesakan
Allah Ta‟ala pada segala
perbuatan,yakni meninggalkan seluruh perbuatan yang ada pada makhluk ini kepada
Allah.maksudnya pandanganlah olehmu dengan
syuhud hati dan dengan mata mata kepaladengan itikad yang putus dan dengan
haqqul yakin, bahwa segala perbuatan dan gerakan yangada terlihat dalam ala
mini, baik yang datang dari diri kita sendiri maupun yang datang darisemua
mahluk yang ada dalam ala mini : baik perbuatan yang diridhoi oleh syara maupun
yang dilarang oleh syara ; adalah
kesemuanya itu perbuatan Allah Ta‟ala.
Memang itu perbuatan Allah; maka kalau kita
lihat pada lahirnya segala perbuatan itudilakukan oleh manusia/hamba dan segala
hayawan dan lain-lain sebagainya. Tetapi namunkita teliti dengan cermat dan
dengan penuh keyakainan dan dengan tinjauan akal, denganseksama bahwasanya
memang mahluk ini lemah, daif, hina tak punya daya upaya samasekali.
Dan tidak punya sifat ta‟sir dan sebagainya.
Sedangkan segala pebuatan itu tidak akanada kalau sifat yang memperbuat
itu tidak memiliki sifat-sifat tsb. Sifat-sifat ta‟sir itu ialah Qudrat, Iradat, ilmu, hayat
sedang semua sifat-sifat itu ialah kepunyaan dan milik Allah. Jadisegala
perbuatan yang ada terlihat pada ala mini dan diri kita, itulah perbuatan
mazazi belaka,dan bukan hakiki. Itu adalah majhor dan
kenyataan perbuatan Allah kepada kita.
Allah menyandarkan perbuatannya kepada kita,
adalah tanda kasih sayangnya, supaya kita punya titik dan penempatan
mengenal perbuatan Allah dan ZATnya.Disamping itu jugamerupakan coba dan ujian kepada kita ; apakah
kita sanggup memandang perbuataan Allah,atau menjadi orang buta dan sirik,
mengakui/kekuatan dan perbuatan dia sendiri lahir dan bathin/luar dan
dalam.Kenyataan dan kejahiran perbuatan
Allah kepada hambanya ; inilah oleh kaum sufi disebut usaha ihtiar hamba. Dan
disinilah takluknya hokum syara‟. SYEH
WAHAB SYAHRANI berkata ; beliau ada mendengar dari syaidina ALI AL HAWAS ia berkata : Wajib bagi hamba
meng‟itiqadkan bahwa segala perbuatan dan usaha ikhtiarhamba, sama sekali tidak
member bekas dangan sekira-kira takwin dan atsar. Lebih jauh beliau berkata,
Allah menghendaki mengadakan suatu harakat atau yang disebut gerak perbuata, maka tidak akan ada ujunya kecuali pada maddah atau tempat yang menerimahokum yang dimaksud ; mustahil ada ujud gerak
atau perbuatan tanpa ada maddah itu. Makayang dijadikan maddah atau tempat
menjahirkan perbuatan Allah itu, adalah hamba dan lain-lainnya. Itulah sebabnya
dipandang ada segi lain, ada perbuatan hamba. Sanagat banyak sekali
penjelasan dalam Al qur‟an dan hadits-hadits nabi yang
memberikanketerangan2 bahwa hamba atau mahluk ini sama sekali
tidak punya perbuatan. Antara lain menegaskan, WALLAHU KHOLAQOKUM WAMAA TA‟MALUN artinya : Allah yangmenjadikan kamu dan segala
perbuatan kamu. (surah as shaa ayat 96).Dan lagi ayat yang berbunyi : WAMAA
ROMAITA IZROMAITA WALAKINNALAHAHAROMA Artinya ; Hai Muhammad bukanlah engkau
yang melempar dikala engakaumelempar, tapi Allah lah yang melempar dikala
engkau melempar. ( surah anfaal 17 ).Jadi untuk kemantapan pandangan kita,kita
harus selalu melatih diri dengan tidak bosan-bosannya mensyuhud perbuatan
Allah Ta‟ala Azzawazalla.
kita hendak lah dalam hidup ini tidak hanya melihat yang
tersurat saja,tetapi juga yang tersirat. Dengan basyirah hati kita ini, biar saja mata melihat perbuatan alam,namun dalam hati
melihat perbuatan Allah.Biar saja
telinga mendengar alam, namun hati kepada Allah. Biar saja mulut mengatakan perbuatan
si A si B dan si C, namun hati tetap tercurah kepada Allah.
Boleh saja buat misalsekedar untuk
mendekatkan kepada Allah (kepada faham). Bahwa alam AKUAN yang kitalihat ini
dengan bermacam-macam corak dan ragam, hendaknya tak ubahnya laksana
kitamelihat bayang2 yang man hati kita akan tertuju kepada yang punya bayang2
itu. Tidakmungkin bergerak bayang bayang, tanpa bergerak yang punya bayang2.
Jadi kesimpulannyaadalah : tiada yang hidup, tiada yang tahu, tiada yang kuasa,
tiada yang berkehendak dantiada yang berkata-kata pada hakikatnya melainkan
Allah Ta‟ala.
Adapun zahir sifat ini kepada mahluk adalah
tempat memandang sifat2 Tuhan yang zahir pada mahluk, yakni
bayang2 sifat tuhan kepada hamba. Seperti ujud kita adalah bayang2 ujud Allah Ta‟ala. Mustahil ujud bayang2 dengan
tiada ujud yang mempunyai/empunya bayang2.Dan mustahil pula bergerak
bayang2 dangan tiada bergerak yang empunya bayang2. Bermulamisal ini karena
untuk menghampirkan faham jua adanya. Jadi untuk kemantapan pandangan ini bahwa
mahluk ini tiada mempunyai perbuatan barang perbuatan, hanya saja perbuatan yang ada dalam ala mini
perbuatan, hanya saja perbuatanTuhan Allah semata-mata. Dan jika engkau sangka
ada perbuatan lainnya daripadanya,walaupun sebesar zarroh, maka sirik lah
engkau,artinya : mensekutukan Tuhan denganlainnya, (syirik khafi). Demikianlah orang yang hendak mengesakan Allah Ta‟ala pada Af‟al atau perbuatan,
tanamkanlah keyakinan kita itu kedalam lubuk
jiwa yang sangat mendalam. sekira2/tidak bergeser
walau sebesar zarrohpun, kalau
sudah mantap pandangan akan Af‟al Allah Ta‟alamaka manunggallah perbuatanmu
(manunggal dalam rahasia) dengan Af‟al-Nya.
Post a Comment
Post a Comment